Colbert Dan Tokoh Mazhab Merkantilisme Lainnya

by Jhon Lennon 47 views

Guys, kalau ngomongin soal sejarah ekonomi, pasti gak asing dong sama yang namanya merkantilisme? Nah, salah satu tokoh sentral yang sering banget disebut-sebut dalam kaitan merkantilisme ini adalah Jean-Baptiste Colbert. Dia itu kayak superstar-nya merkantilisme di Prancis pada abad ke-17. Tapi, tahukah kamu, kalau di balik gemerlapnya nama Colbert, ada banyak tokoh lain yang juga punya peran penting dalam membentuk dan mempraktikkan ideologi ekonomi yang satu ini? Yuk, kita bedah bareng-bareng siapa aja sih mereka dan apa aja kontribusi mereka yang bikin merkantilisme jadi salah satu aliran ekonomi paling berpengaruh dalam sejarah. Merkantilisme, pada intinya, adalah sebuah sistem ekonomi yang sangat fokus pada pengumpulan kekayaan negara, terutama dalam bentuk emas dan perak. Negara-negara pada masa itu percaya bahwa kekuatan dan kemakmuran sebuah bangsa bisa diukur dari seberapa banyak logam mulia yang mereka miliki. Makanya, kebijakan-kebijakan yang diterapkan tuh tujuannya utamanya adalah untuk meningkatkan ekspor dan membatasi impor. Tujuannya jelas: biar duit masuknya lebih banyak daripada yang keluar. Gampangnya, gimana caranya negara kita kaya raya sendirian, bahkan kalau perlu, ya sedikit ngalahin negara tetangga. Nah, Jean-Baptiste Colbert ini, yang menjabat sebagai Menteri Keuangan di bawah Raja Louis XIV dari Prancis, adalah arsitek utama di balik kebijakan merkantilis Prancis yang dikenal sebagai Colbertisme. Dia punya visi yang jelas banget buat bikin Prancis jadi negara industri yang kuat dan mandiri. Dia mendorong produksi dalam negeri dengan berbagai cara, mulai dari memberikan subsidi buat pabrikan, membangun infrastruktur seperti jalan dan kanal untuk mempermudah transportasi barang, sampai ngasih monopoli dagang ke perusahaan-perusahaan Prancis di luar negeri. Tujuannya? Ya itu tadi, biar Prancis bisa ekspor barang-barang mewah dan manufaktur berkualitas tinggi ke seluruh dunia, sambil mengurangi ketergantungan pada barang impor. Dia juga mati-matian ngembangin angkatan laut Prancis biar bisa ngelindungi jalur perdagangan dan bersaing sama negara maritim lainnya. Pokoknya, segala upaya dikerahkan demi kejayaan ekonomi Prancis di bawah panji merkantilisme. Tapi, sebelum dan sesudah era Colbert, ada banyak pemikir dan praktisi lain yang juga memberikan warna tersendiri pada mazhab merkantilisme ini. Jadi, jangan sampai kita cuma fokus ke satu nama aja ya, guys! Sejarah itu luas dan menarik kalau kita mau gali lebih dalam. Kita akan lihat bagaimana ide-ide ini berkembang dan diadopsi oleh berbagai negara di Eropa, masing-masing dengan ciri khasnya sendiri.

Kalau kita bicara soal tokoh lain mazhab merkantilisme, salah satu nama yang patut banget kita sorot adalah Thomas Mun. Dia ini orang Inggris dan hidup di abad ke-17, jadi zamannya agak mirip-mirip sama Colbert. Mun ini adalah seorang pedagang kaya dan salah satu direktur East India Company yang terkenal itu. Karyanya yang paling legendaris adalah buku berjudul England's Treasure by Forraign Trade, yang terbit setelah dia meninggal. Nah, di buku ini, Mun dengan gamblang menjelaskan prinsip-prinsip merkantilisme dari sudut pandang Inggris. Beda sama kebanyakan merkantilis lain yang fokus banget sama akumulasi emas dan perak, Mun punya pandangan yang sedikit lebih advanced. Dia menekankan bahwa kekayaan sebuah negara itu gak cuma soal punya banyak emas dan perak aja, tapi juga soal gimana caranya emas dan perak itu terus berputar dalam perekonomian. Intinya, dia bilang, ekspor harus lebih besar dari impor. Tapi, dia juga nyaranin supaya ekspornya itu bukan cuma bahan mentah, tapi lebih ke barang jadi yang punya nilai tambah lebih tinggi. Ini penting banget, guys, karena barang jadi itu kan harganya lebih mahal, jadi keuntungannya juga lebih gede buat negara. Dia juga bilang, kalau mau dagang sama negara lain, jangan sampai kita cuma beli barang dari mereka tanpa bisa jual balik barang kita. Jadi, harus ada balance of trade yang positif. Gimana caranya? Ya dengan cara meningkatkan produksi dalam negeri, bikin barang-barang yang berkualitas dan bisa bersaing di pasar internasional. Mun ini juga ngerti banget pentingnya armada dagang yang kuat. Dia bilang, kalau kita punya kapal dagang sendiri yang banyak, kita bisa ngangkut barang-barang kita sendiri, gak perlu nyewa kapal dari negara lain, yang jelas bakal lebih hemat biaya dan ngasih keuntungan lebih. Jadi, bisa dibilang, Thomas Mun ini adalah salah satu merkantilis yang paling realistis dan punya pandangan jauh ke depan. Dia gak cuma ngomongin teori, tapi juga ngasih saran-saran praktis buat pemerintah Inggris waktu itu. Dia juga sadar kalau persaingan dagang itu bakal makin ketat, makanya dia tekankan pentingnya inovasi dan peningkatan kualitas produk. Karyanya ini jadi semacam bible buat para pembuat kebijakan ekonomi Inggris di masa itu. Dia juga gak ragu buat ngomongin masalah monopoli perdagangan yang dipegang oleh East India Company, yang mana menurutnya itu bisa jadi sumber kekayaan Inggris. Jadi, Thomas Mun ini bener-bener ngasih kontribusi yang signifikan dalam memajukan pemikiran merkantilis, bukan cuma di Inggris tapi juga di negara-negara Eropa lainnya. Dia membuktikan bahwa merkantilisme itu bisa lebih dari sekadar menimbun logam mulia, tapi juga tentang bagaimana mengelola perdagangan secara strategis untuk keuntungan nasional jangka panjang. Gak heran kalau namanya sering disejajarkan dengan tokoh-tokoh besar merkantilisme lainnya.

Selain Thomas Mun, ada lagi nih tokoh penting lainnya dari Inggris, namanya Sir Josiah Child. Dia ini juga hidup di abad ke-17 dan punya peran yang gak kalah strategis. Child ini bukan cuma seorang pemikir ekonomi, tapi juga seorang pengusaha sukses dan salah satu gubernur dari East India Company. Jadi, dia itu punya pengalaman langsung di lapangan, guys, gimana caranya dagang biar untung gede. Karyanya yang terkenal adalah A New Discourse of Trade. Dalam buku ini, Child ngasih pandangannya soal gimana caranya Inggris bisa jadi negara dagang yang paling kuat di dunia. Dia setuju banget sama prinsip dasar merkantilisme, yaitu pentingnya balance of trade yang positif, tapi dia punya penekanan khusus pada beberapa hal. Salah satunya adalah soal bunga pinjaman atau suku bunga. Child berpendapat bahwa suku bunga yang rendah itu penting banget buat mendorong investasi dan pertumbuhan bisnis. Menurut dia, kalau suku bunga pinjaman itu mahal, para pengusaha jadi mikir dua kali buat minjem duit buat ngembangin usahanya. Padahal, dengan modal yang lebih besar dan bunga yang lebih rendah, pengusaha bisa ekspansi, bikin pabrik baru, nyiptain lapangan kerja, dan akhirnya bikin barang-barang yang bisa diekspor lebih banyak. Jadi, dia melihat suku bunga rendah itu sebagai salah satu kunci buat ngaktifin roda perekonomian dan bikin negara jadi lebih kaya. Selain itu, Child juga sangat menekankan pentingnya kolonialisme dan perdagangan maritim. Dia percaya bahwa negara yang punya koloni di luar negeri punya keuntungan besar. Koloni-koloni itu bisa jadi sumber bahan mentah yang murah buat industri dalam negeri, sekaligus jadi pasar buat barang-barang jadi yang diproduksi di negara induk. Makanya, dia juga getol banget ngadvokasi agar Inggris memperkuat armada lautnya, baik armada dagang maupun armada militer, supaya bisa ngelindungin jalur perdagangan dan koloni-koloni mereka dari serangan negara lain. Child ini juga punya pandangan yang cukup pragmatis soal kebijakan ekonomi. Dia gak terpaku sama satu teori aja, tapi lebih ke apa yang paling efektif buat nguntungin Inggris. Dia juga defend banget sama kebijakan-kebijakan yang menguntungkan East India Company, karena dia melihat perusahaan itu sebagai motor penggerak ekonomi Inggris. Jadi, dia itu ibaratnya kayak business tycoon yang juga seorang ekonom. Pengalaman praktisnya bikin analisisnya jadi lebih tajam dan masuk akal. Dia juga punya pandangan yang agak unik soal monopoli, yang mana dia merasa kalau monopoli itu bisa jadi cara yang efektif untuk mencapai efisiensi dan keuntungan dalam perdagangan, asalkan dikelola dengan baik. Nah, pemikiran-pemikiran Sir Josiah Child ini, guys, punya dampak yang cukup besar dalam membentuk kebijakan ekonomi Inggris. Dia membantu meyakinkan para pembuat kebijakan bahwa fokus pada perdagangan, pelayaran, dan penguasaan koloni adalah jalan terbaik untuk mencapai kemakmuran nasional. Dia juga menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi itu harus fleksibel dan bisa disesuaikan dengan kondisi pasar serta kepentingan negara. Jadi, kalau Thomas Mun lebih ke strategi perdagangan umum, Child ini ngasih penekanan lebih ke faktor-faktor spesifik kayak suku bunga dan kekuatan maritim sebagai kunci sukses merkantilisme. Keduanya saling melengkapi dalam membangun fondasi pemikiran merkantilis Inggris.

Kita gak bisa ngomongin merkantilisme tanpa nyebut nama Giovanni Botero. Dia ini orang Italia, tepatnya dari Piedmont, dan hidup di akhir abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Botero ini adalah seorang penulis dan diplomat, dan dia dianggap sebagai salah satu pelopor awal dari pemikiran merkantilis, meskipun dia sendiri mungkin gak pernah pake istilah 'label' merkantilis buat ide-idenya. Karyanya yang paling terkenal adalah Delle Cause della Grandezza delle Città (Tentang Penyebab Keagungan Kota-kota) dan Ragion di Stato (The Reason of State). Nah, dalam karya-karyanya ini, Botero mulai membahas tentang gimana caranya sebuah negara atau kerajaan bisa jadi kuat dan great. Dia melihat bahwa kekuatan suatu negara itu gak cuma ditentukan oleh kekuatan militernya aja, tapi juga oleh kekayaan ekonominya. Ini udah mulai nyerempet-nyerempet ke ide merkantilisme yang kita kenal sekarang, guys. Botero ini punya pandangan yang menarik soal pentingnya populasi yang besar dan produktif. Dia bilang, negara yang punya banyak penduduk itu punya potensi lebih besar untuk jadi kuat. Kenapa? Karena penduduk yang banyak berarti bisa jadi tenaga kerja yang melimpah buat industri dan pertanian, sekaligus jadi pasar yang besar buat barang-barang yang diproduksi. Dia juga menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya alam yang baik. Negara harus bisa memanfaatkan kekayaan alamnya semaksimal mungkin untuk meningkatkan produksi dan perdagangan. Botero juga ngomongin soal pentingnya kebijakan pemerintah yang aktif dalam mengelola ekonomi. Dia percaya bahwa negara gak boleh lepas tangan aja, tapi harus ikut campur tangan untuk memastikan perekonomian berjalan sesuai dengan kepentingan negara. Ini termasuk ngatur perdagangan, ngasih insentif buat industri, dan bahkan kadang-kadang ngelindungin pasar dalam negeri dari persaingan asing. Konsep Ragion di Stato atau 'Reason of State' yang dia kembangkan itu intinya adalah bahwa tujuan utama negara adalah untuk menjaga dan meningkatkan kekuatannya sendiri, dan untuk mencapai tujuan itu, negara bisa melakukan apa saja, termasuk menerapkan kebijakan ekonomi yang cenderung proteksionis. Jadi, meskipun dia hidup sebelum era kejayaan merkantilisme yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh seperti Colbert dan Mun, ide-ide Botero ini udah nunjukkin benih-benih pemikiran merkantilis. Dia udah mulai mikir tentang gimana caranya ngumpulin kekayaan, gimana caranya meningkatkan produksi, dan gimana caranya negara bisa jadi lebih kuat lewat kebijakan ekonomi. Dia adalah salah satu orang pertama yang secara sistematis menghubungkan antara kekuatan negara dengan kekayaan ekonomi dan manajemen ekonomi yang cerdas. Pemikirannya ini jadi semacam fondasi awal yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh para merkantilis di abad-abad berikutnya. Jadi, kalau kita mau telusuri akar merkantilisme, nama Giovanni Botero ini wajib banget masuk dalam daftar. Dia kayak founding father-nya, meski mungkin gak sadar kalau dia lagi ngebangun sebuah mazhab ekonomi. Karyanya memberikan wawasan penting tentang bagaimana negara pada masa itu melihat pentingnya kekayaan dan kekuasaan dalam sebuah sistem yang saling terkait.

Terakhir nih guys, kita bahas satu lagi tokoh penting dari daratan Eropa, yaitu Philipp Wilhelm von Hörnigk. Dia ini orang Austria dan hidup di abad ke-17. Von Hörnigk ini dikenal sebagai salah satu merkantilis paling awal dan paling konsisten di wilayah Jermanik. Karyanya yang paling terkenal adalah Oesterreich über alles, wann es nur will (Austria di Atas Segalanya, Jika Ia Menginginkannya), yang terbit pada tahun 1684. Judulnya aja udah keren banget ya, guys, nunjukkin semangat nasionalisme ekonomi yang kental. Dalam bukunya ini, Von Hörnigk menyajikan semacam panduan komprehensif tentang gimana caranya Austria bisa jadi negara yang kaya dan kuat melalui kebijakan merkantilisme. Dia merinci sembilan prinsip utama yang harus diikuti oleh sebuah negara untuk mencapai tujuan tersebut. Nah, prinsip-prinsip ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemanfaatan sumber daya alam sampai ke kebijakan perdagangan luar negeri. Salah satu poin penting yang ditekankan oleh Von Hörnigk adalah pentingnya memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki negara secara maksimal. Dia mendorong agar barang-barang yang dihasilkan dari sumber daya alam lokal itu diolah di dalam negeri, bukan diekspor dalam bentuk mentah. Tujuannya jelas: untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja di Austria. Jadi, daripada jual kayu mentah, mending dibikin jadi furnitur atau kertas dulu baru dijual. Gitu kira-kira logikanya. Selain itu, dia juga sangat menekankan pentingnya pembatasan impor barang-barang mewah dan barang-barang yang bisa diproduksi di dalam negeri. Kalau Austria bisa bikin sendiri, kenapa harus beli dari luar? Ini adalah ciri khas merkantilisme banget, guys: proteksionisme. Dia juga mendorong agar ekspor barang-barang jadi (finished goods) lebih diutamakan daripada ekspor bahan mentah. Ini sama kayak yang ditekankan sama Thomas Mun, karena barang jadi itu kan harganya lebih mahal dan ngasih keuntungan lebih besar. Von Hörnigk juga ngomongin soal pentingnya pengembangan industri dalam negeri, termasuk industri kerajinan dan manufaktur. Dia menyarankan agar pemerintah memberikan perlindungan dan dukungan kepada industri-industri ini agar bisa berkembang dan bersaing. Dia bahkan sampai nyaranin agar penduduk negara itu disuruh belanja produk dalam negeri aja, kalau bisa. Jadi, semacam kampanye 'cintai produk dalam negeri' versi abad ke-17. Yang menarik lagi dari pemikiran Von Hörnigk adalah dia juga membahas tentang pentingnya pelayaran dan armada dagang untuk mendukung perdagangan internasional. Dia memahami bahwa untuk bisa bersaing di pasar global, negara harus punya alat transportasi yang efisien dan aman. Dia juga percaya pada kebijakan pemerintah yang kuat dan terpusat dalam mengatur ekonomi. 'Austria di Atas Segalanya' itu bukan cuma slogan, tapi juga cerminan dari pandangan bahwa negara harus punya peran dominan dalam mengarahkan pembangunan ekonomi demi kepentingan nasional. Jadi, Philipp Wilhelm von Hörnigk ini adalah contoh nyata bagaimana merkantilisme diterapkan secara sistematis dan terstruktur di sebuah negara Eropa. Pemikirannya sangat pragmatis dan berorientasi pada tindakan nyata untuk meningkatkan kekayaan dan kekuatan negara. Dia berhasil merangkum berbagai ide merkantilis menjadi sebuah paket kebijakan yang koheren. Dia menunjukkan bahwa merkantilisme itu bukan cuma teori di atas kertas, tapi bisa jadi cetak biru untuk membangun sebuah negara yang makmur dan berkuasa di zamannya. Kontribusinya penting banget buat kita yang pengen ngerti gimana merkantilisme itu bener-bener dijalankan di lapangan oleh para negarawan dan pemikir ekonomi.

Jadi, guys, dari paparan di atas, jelas banget kan kalau Jean-Baptiste Colbert itu memang tokoh sentral dalam sejarah merkantilisme, terutama di Prancis. Tapi, dia bukanlah satu-satunya pemain utama. Ada Thomas Mun dari Inggris yang ngasih pandangan lebih realistis soal neraca perdagangan dan nilai tambah. Ada Sir Josiah Child yang menekankan pentingnya suku bunga rendah dan kekuatan maritim. Ada Giovanni Botero dari Italia yang dianggap sebagai salah satu pelopor awal pemikiran tentang kekuatan negara lewat ekonomi. Dan ada Philipp Wilhelm von Hörnigk dari Austria yang menyajikan panduan komprehensif tentang kebijakan merkantilis. Mereka semua, dengan latar belakang dan fokus yang sedikit berbeda, berkontribusi dalam membentuk dan mempraktikkan ideologi merkantilisme yang sempat mendominasi Eropa selama berabad-abad. Merkantilisme mengajarkan kita tentang pentingnya kebijakan ekonomi yang berorientasi pada kepentingan nasional, bagaimana mengelola sumber daya, mendorong produksi dalam negeri, dan menguasai jalur perdagangan. Meskipun sekarang merkantilisme dianggap sebagai mazhab ekonomi yang sudah ketinggalan zaman dan digantikan oleh aliran ekonomi modern seperti liberalisme atau ekonomi Keynesian, mempelajari tokoh-tokoh dan ide-ide mereka tetap penting. Ini membantu kita memahami evolusi pemikiran ekonomi, bagaimana negara-negara di masa lalu berusaha membangun kekuatan mereka, dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari sejarah ekonomi. Jadi, semoga penjelasan tentang Colbert dan para tokoh merkantilis lainnya ini bisa nambah wawasan kalian ya! Sejarah ekonomi itu ternyata seru banget kalau dibahas detail kayak gini. Sampai jumpa di pembahasan ekonomi menarik lainnya!