Sejarah Konflik Israel-Palestina: Kapan Dimulai?

by Jhon Lennon 49 views

Memahami sejarah konflik Israel-Palestina adalah hal yang sangat penting untuk mengetahui akar masalah yang kompleks dan berkepanjangan ini. Konflik ini melibatkan sengketa wilayah, klaim sejarah, masalah keamanan, dan hak-hak nasional. Sejarah konflik Israel-Palestina tidak dimulai dalam semalam, tetapi merupakan akumulasi dari peristiwa-peristiwa selama berabad-abad. Jadi, kapan sebenarnya konflik ini bermula? Mari kita telusuri lebih dalam.

Latar Belakang Sejarah Konflik Israel-Palestina

Untuk memahami kapan serangan Israel ke Palestina dimulai, kita perlu melihat kembali sejarah panjang wilayah tersebut. Sebelum berdirinya negara Israel pada tahun 1948, wilayah Palestina merupakan bagian dari Kekaisaran Ottoman selama berabad-abad. Setelah Perang Dunia I, Inggris mengambil alih wilayah ini sebagai bagian dari Mandat Britania atas Palestina. Pada masa inilah, imigrasi orang-orang Yahudi ke Palestina mulai meningkat, didorong oleh gerakan Zionisme yang bertujuan mendirikan negara Yahudi di tanah air leluhur mereka.

Imigrasi Yahudi dan Ketegangan yang Meningkat

Imigrasi Yahudi ke Palestina menyebabkan ketegangan yang meningkat dengan penduduk Arab setempat, yang merasa hak-hak mereka terancam. Penduduk Arab Palestina khawatir bahwa kedatangan orang-orang Yahudi akan mengubah demografi wilayah tersebut dan mengancam kepemilikan tanah mereka. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, terjadi beberapa gelombang kekerasan antara kedua kelompok. Salah satu peristiwa penting adalah Pemberontakan Arab 1936-1939, yang merupakan respons terhadap meningkatnya imigrasi Yahudi dan kebijakan Inggris yang dianggap pro-Zionis. Pemberontakan ini ditanggapi dengan keras oleh Inggris, dan banyak pemimpin Arab Palestina yang ditangkap atau diasingkan. Peristiwa ini semakin memperburuk hubungan antara orang-orang Arab dan Yahudi di Palestina.

Rencana Pemisahan dan Penolakan Arab

Setelah Perang Dunia II, masalah Palestina semakin rumit. PBB mengusulkan Rencana Pemisahan pada tahun 1947, yang membagi Palestina menjadi dua negara: satu untuk orang Yahudi dan satu untuk orang Arab. Yerusalem akan menjadi wilayah internasional. Rencana ini diterima oleh para pemimpin Zionis, tetapi ditolak oleh para pemimpin Arab. Mereka merasa bahwa rencana tersebut tidak adil karena memberikan sebagian besar wilayah kepada orang Yahudi, meskipun mereka merupakan minoritas di Palestina pada saat itu. Penolakan ini menjadi salah satu pemicu utama perang Arab-Israel pada tahun 1948.

Perang Arab-Israel 1948: Titik Awal Konflik Modern

Perang Arab-Israel 1948 adalah titik awal konflik modern antara Israel dan Palestina. Setelah Inggris menarik diri dari Palestina pada tanggal 14 Mei 1948, Israel mendeklarasikan kemerdekaannya. Deklarasi ini langsung ditanggapi dengan serangan dari negara-negara Arab tetangga, termasuk Mesir, Yordania, Suriah, Irak, dan Lebanon. Tujuan mereka adalah untuk mencegah berdirinya negara Israel dan melindungi hak-hak penduduk Arab Palestina. Perang ini berlangsung selama beberapa bulan dan berakhir dengan kemenangan Israel. Akibat perang ini, Israel memperluas wilayahnya di luar batas yang ditetapkan oleh Rencana Pemisahan PBB.

Akibat Perang 1948 bagi Palestina

Perang 1948 memiliki konsekuensi yang sangat besar bagi penduduk Arab Palestina. Lebih dari 700.000 orang Palestina menjadi pengungsi, kehilangan rumah dan mata pencaharian mereka. Peristiwa ini dikenal sebagai Nakba, yang berarti "malapetaka" dalam bahasa Arab. Banyak dari pengungsi Palestina ini tinggal di kamp-kamp pengungsi di negara-negara tetangga hingga hari ini, dan mereka terus menuntut hak untuk kembali ke tanah air mereka. Selain itu, perang ini juga menyebabkan pembagian wilayah Palestina. Tepi Barat diduduki oleh Yordania, sementara Jalur Gaza dikuasai oleh Mesir. Dengan demikian, perang 1948 tidak hanya menandai berdirinya negara Israel, tetapi juga awal dari penderitaan panjang bagi rakyat Palestina.

Serangan Israel Setelah 1948

Setelah perang 1948, serangan Israel ke Palestina terus berlanjut dalam berbagai bentuk. Konflik bersenjata, pendudukan wilayah, pembangunan permukiman, dan blokade ekonomi adalah beberapa cara di mana Israel terus menekan Palestina. Perang Enam Hari pada tahun 1967 adalah contoh lain dari agresi Israel terhadap Palestina dan negara-negara Arab lainnya. Dalam perang ini, Israel merebut Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Semenanjung Sinai. Pendudukan wilayah-wilayah ini memiliki dampak yang mendalam pada kehidupan rakyat Palestina.

Intifada: Perlawanan Palestina Terhadap Pendudukan Israel

Intifada adalah istilah Arab yang berarti "pemberontakan." Dalam konteks konflik Israel-Palestina, Intifada merujuk pada dua pemberontakan besar yang dilakukan oleh rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel. Intifada Pertama, yang dimulai pada tahun 1987, adalah pemberontakan sipil yang melibatkan demonstrasi, pemogokan, dan pelemparan batu. Intifada Kedua, yang dimulai pada tahun 2000, lebih bersifat kekerasan dan melibatkan serangan bom bunuh diri dan pertempuran bersenjata.

Intifada Pertama (1987-1993)

Intifada Pertama dipicu oleh insiden di mana sebuah truk Israel menabrak mobil yang membawa pekerja Palestina, menewaskan empat orang. Insiden ini memicu kemarahan di kalangan rakyat Palestina, yang sudah lama merasa frustrasi dengan pendudukan Israel. Intifada Pertama ditandai dengan aksi-aksi perlawanan sipil, seperti demonstrasi, pemogokan, dan penolakan untuk membayar pajak. Anak-anak muda Palestina memainkan peran penting dalam Intifada Pertama, seringkali menghadapi tentara Israel dengan hanya berbekal batu. Intifada Pertama berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993, yang memberikan otonomi terbatas kepada Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.

Intifada Kedua (2000-2005)

Intifada Kedua dipicu oleh kunjungan kontroversial Ariel Sharon, seorang politisi Israel, ke Masjid Al-Aqsa di Yerusalem. Kunjungan ini dianggap sebagai provokasi oleh umat Muslim, dan memicu gelombang protes dan kekerasan. Intifada Kedua lebih bersifat kekerasan daripada Intifada Pertama, dengan serangan bom bunuh diri oleh kelompok-kelompok militan Palestina dan operasi militer besar-besaran oleh Israel. Intifada Kedua menyebabkan ribuan orang tewas dan luka-luka, serta kerusakan ekonomi yang parah di wilayah Palestina. Intifada Kedua secara resmi berakhir pada tahun 2005, tetapi ketegangan antara Israel dan Palestina tetap tinggi.

Konflik Gaza: Blokade dan Serangan Berulang

Jalur Gaza telah menjadi pusat konflik antara Israel dan Palestina selama bertahun-tahun. Setelah Hamas memenangkan pemilihan umum Palestina pada tahun 2006 dan mengambil alih kendali atas Gaza pada tahun 2007, Israel memberlakukan blokade terhadap wilayah tersebut. Blokade ini membatasi pergerakan orang dan barang masuk dan keluar Gaza, menyebabkan krisis kemanusiaan yang parah. Selain blokade, Israel juga telah melancarkan beberapa serangan militer besar-besaran ke Gaza, yang menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan infrastruktur.

Operasi Cast Lead (2008-2009)

Operasi Cast Lead adalah serangan militer Israel ke Gaza yang berlangsung dari Desember 2008 hingga Januari 2009. Tujuan Israel adalah untuk menghentikan serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel. Operasi ini menyebabkan lebih dari 1.400 warga Palestina tewas, sebagian besar warga sipil, serta kerusakan yang meluas di Gaza. Operasi Cast Lead dikutuk oleh banyak organisasi internasional dan negara-negara di dunia karena penggunaan kekuatan yang berlebihan dan pelanggaran hukum humaniter internasional.

Operasi Pillar of Defense (2012)

Operasi Pillar of Defense adalah serangan militer Israel ke Gaza yang berlangsung pada November 2012. Serangan ini dipicu oleh peningkatan serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel. Operasi ini menyebabkan lebih dari 170 warga Palestina tewas, serta kerusakan yang signifikan di Gaza. Operasi Pillar of Defense berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir.

Operasi Protective Edge (2014)

Operasi Protective Edge adalah serangan militer Israel ke Gaza yang berlangsung dari Juli hingga Agustus 2014. Serangan ini dipicu oleh penculikan dan pembunuhan tiga remaja Israel di Tepi Barat. Operasi ini adalah yang paling mematikan dan merusak dari semua serangan Israel ke Gaza, menyebabkan lebih dari 2.200 warga Palestina tewas, sebagian besar warga sipil, serta kerusakan yang sangat besar di Gaza. Operasi Protective Edge dikutuk secara luas oleh masyarakat internasional, dan banyak yang menyerukan agar Israel bertanggung jawab atas pelanggaran hukum humaniter internasional.

Kesimpulan

Jadi, untuk menjawab pertanyaan sejak kapan serangan Israel ke Palestina?, kita dapat melihat bahwa konflik ini memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks. Perang Arab-Israel 1948 adalah titik awal konflik modern, tetapi ketegangan dan kekerasan telah ada jauh sebelumnya. Serangan Israel ke Palestina terus berlanjut dalam berbagai bentuk sejak saat itu, termasuk pendudukan wilayah, blokade ekonomi, dan operasi militer. Konflik ini telah menyebabkan penderitaan yang tak terhitung bagi rakyat Palestina, dan perdamaian yang adil dan berkelanjutan masih jauh dari jangkauan. Memahami sejarah konflik ini adalah langkah pertama untuk mencari solusi yang adil bagi semua pihak yang terlibat. Semoga artikel ini memberikan wawasan yang berguna bagi Anda.